Jarum
jam di pergelangan tanganku masih menunjukan pukul sembilan pagi. Ini berarti
masih tersisa waktu satu jam lagi, waktu yang lebih dari cukup bagiku untuk
mencapai tempat tujuan. Dihari Minggu ini, aku dan temanku akan mengikuti ujian
kenaikan grade musik di Purwacaraka
Depok. Ujiannya mulai sekitar pukul 10. Aku berangkat bersama temanku.
“Assalamu’alaikum, oi dit udah siap-siap
belom lo?” Aku menelponnya
“Waalaikumsalam. ehh.. hmm.. apaan sih?
Gua baru bangun nih”
Jeger!
Ternyata dia baru bangun, sedangkan ujian
dimulai sejam lagi.
“Sekarang ujian oii!”
“Oh iya gua lupa! Iya iya bentar”
Temanku yang satu itu emang gak ada
berubahnya dari SD, namanya Aditya. Sekarang dia jadi teman sekelasku. Udah 8
tahun berteman dengan dia, udah hafal banget gimana tingkahlakunya. Orangnya
lumayan baik lah kalo dibandingkan sama satpam SDku yang galaknya kuadrat. Dia
spesialis gitar. Pedemeternya juga tinggi, sampe sampe jebol.
“Yaudah gua kerumah lo 15 menit lagi,
oiya gua nitip motor ye dirumah lo”
“Iye, naik angkot kan?”
“Nggak, naik pesawat, iyalah naik angkot.
Yaudah, siap siap sono dit. Wassalamu’alaikum”
“yee.. Waalaikumsalam”
15 menitpun berlalu, jarum jam yang
pendek ada di angka 9, yang panjang nongkrong di angka 3, sedangkan yang merah
muter muter terus. Yak bagus! Itu artinya sekarang pukul 9 lewat 15. Ujian
dimulai jam 10. Karena rumahnya yang besar itu, akhirnya aku memutuskan untuk
memanggil dia dari belakang rumahnya, karena kalau dari depan rumahnya, ketua
Paskibraka sampai mpok Noripun yang suaranya nyaring itu gak akan kedengeran.
“Assalamu’alaikum. Adit..Adit..” Aku
memanggil dari belakang rumahnya
“Waalaikumsalam. Nyariin Adit ya?” Kata
pembantunya
“Iya om, Aditnya ada kan?”
“Ada, masuk aja, nanti motornya parkir
disitu ya” Sambil menunjuk pojok halaman lalu pergi
Setelah 5 menit menunggu, si Adit keluar
dengan menggunakan baju kaos dan celana model jeans.
“Ayo berangkat”
“Eitt tunggu.. Lo yakin pake baju
gituan?”
“Emang kenapa?”
Aku inget banget kata-kata mbak Susan
sang resepsionis Purwacaraka Cijantung yang bawel namun baik hati. Dia
mengatakan dengan penuh perhatian “Hari Minggu ujian ya, datang 10 menit
sebelum ujian dimulai ya, berarti jam 9.50. Pakai kemeja ya, jangan pakai kaos,
karena tim penguji juga akan melihat kerapihan kalian. Pakai sepatu, jangan
pakai sandal yaa” dan masih banyak “yaa” lainnya.
“Oiya
gua lupa, yaudah bentar gua ganti baju dulu”
“Iye
cepetan”
Yak bagus, kesempatan untuk terlambat
terbuka lebar. Mungkin bagi Adit tidak masalah, karena dia ujiannya jam 1
siang. Aku? Aku ujian jam 10.37. Oh No.
Setelah semua beres, Aku dan Adit naik
angkot carry dan turun di pabrik
Indomilk. Saat naik angkot, ya seperti kebanyakan orang lainnya. Naik, kemudian
kalau sudah sampai teriak “Kiri baaang”. Namun kali ini berbeda ketika kami
naik angkot 112. Pertamanya sih angkot itu ramai, namun setelah sampai
Margonda, perlahan sepi dan tinggal kami berdua.
“Mau kemana dek? Dari tadi bahas musik
mulu kayaknya” Tanya supir angkot
“Oh ini bang, kita mau ujian di
Purwacaraka Depok, ujian musik, hehe.” Jawabku
“Purwacaraka Depok yang di Depok itukan?”
Jeger!
Pertanyaan yang sangat intelek. Udah tau
namanya Purwacaraka Depok, masa iya di Bandung? Aku kurang tau ini abang abang
angkotnya bercanda atau nggak, yang pasti mukanya serius.
“Iya
bang, deket ITC Depok itu loh” jawab Adit
“Kiri baang” pintaku
Menurut GPS ini, Purwacaraka Depok ada di seberang jalan. Jam tangan sudah
menunjukkan pukul 10.15. Tidak masalah sih, karena jadwal ujianku pukul 10.37.
Masalahnya, dimana letak Purwacaraka Depok itu? Anehnya setelah Aku dan Adit
menyeberang, GPS itu sudah menunjukkan
kata-kata "You Have Arrived". Aku dan Adit menyusuri setiap jalan,
melewati kerumunan orang-orang, menjelajahi setiap gang. Halah.
Jam tangan menunjukan pukul 10.30! Tak
terasa Aku dan Adit sudah berpetualang cukup lama. Ujianku dimulai 7 menit
lagi! Aku panik, gundah, gelisah, kalangkabut. Ciaahh halaah. Tidak, aku tidak seperti itu, aku tetap tenang.
Akhirnya Aku dan Adit kembali ketempat menyeberang tadi.
“Aduh panaas… Eh Niv, itu dia!” Sambil
menunjuk tempatnya
Ternyata dari tadi Aku dan Adit sudah
sampai, pantesan dari tadi GPS
menunjukkan kata-kata "You Have Arrived". Gangnya sempit, ternyata Aku
dan Adit melewati pintu bagian samping, padahal pintu utama gangnya lebar
sekali. Haduh.
Jam menunjukkan pukul 10.37 tepat! Gatau
deh ini telat apa nggak, yang pasti kalimat pertama yang akan aku jelaskan adalah
“Maaf telat, tadi ada Robot Gundam yang menyerang jalanan, jadi saya harus
membantu orang-orang untuk mengalahkannya”. Halah,
itu gak mungkin terjadi. Aku akan berkata “Maaf telat, tadi angkotnya macet”.
Yak! Alasan klasik.
Aku dan Adit masuk ke ruang tunggu, dia
sih tenang-tenang aja, ujiannya dimulai jam 1. Aku? Berharap supaya bisa ujian.
“Eh Adit.. Nivo, duduk dulu ya, ini snacknya” Ternyata mbak Susan juga ada
disitu
“Lho
mbak, saya kapan ujiannya? Ini udah jam 10.40” Tanyaku
“Tunggu ya, ini baru urutan kedua, hehe”
Jeger!
Baru urutan kedua, sedangkan aku urutan
ke 12. Orang yang masuk kedalam ruang ujian itu biasanya sekitar 10 menit,
berarti 10 orang X 10 menit = 1 jam 40 menit! Yak Bagus! Ada waktu untuk
belajar, dan waktu yang terlalu banyak bisa membuat sebagian materi yang Aku
pelajari lupa! Walah.
Giliranku tiba, aku masuk keruang ujian,
disana sudah ada satu orang penguji, dan guru Keyboardku. Yang tadinya asik ngobrol ngobrol sama Adit dan staff Purwacaraka, sekarang keadaan
berputar 180 derajat! Suasana hening, sunyi, yang pasti membuat tegang.
Ditambah aku ujian langsung dua grade,
yaitu 2 dan 3. Mantap!
“Nivo Achmadi ya?” Tanya penguji itu
“Iya bu” jawabku
“Mau memainkan lagu apa?”
Setiap ujian, peserta ujian selalu diberi
kesempatan untuk memainkan lagu andalannya. Ini sih gampang, hehe. Tetap kalem.
“Lagu Jazz Around The World dan Inginku
Miliki dari Ruth Sahanaya”
“Oke silahkan”
Tingtungtengtong..
ya kira-kira begitulah bunyinya. Yang pasti ujian bagian ini nilaiku paling
tinggi.
“Ini apa Nivo?” sambil menunjuk salah
satu tanda musik
“Itu Glissando, artinya memainkan scale
pada paino dengan kecepatan tinggi.”
“Kalau yang ini?” penguji itu nampaknya
ingin mengetahui seberapa pintarnya Aku tentang teori musik.
“Itu birama 4/4, artinya tiap birama
terdiri atas empat ketukan.” Jawabku
“Bagus, sepertinya kamu sudah
menguasainya” kata penguji
Awalnya sih bagus, lancar-lancar aja,
tapi tidak setelah pertanyaan yang kesekian kalinya.
“3 pertanyaan lagi ya, ini tanda apa dan
fungsinya apa?”
“eh.. em.. apa ya?”
Jebret!
Aku bener-bener nggak tau ini apa, diam,
seperti batu, berharap ada orang yang tiba-tiba masuk terus teriak-teriak “Gua
tau! Gua tau!” tapi itu nampaknya tak mungkin. Karena aku benar-benar tidak tau
jawabannya, akhirnya diberi tau oleh penguji. Alhasil nilai teori paling rendah
diantara nilai-nilai lainnya. Untungnya masih diatas KKM. Alhamdulillah.
Setelah si Adit selesai ujian, setelah
semuanya beres. Akhirnya Aku dan Adit pulang. Angkot 112 kali ini tenang. Tapi
ketenangan ini terpecah pada saat pengamen berbakat itu datang dan….
“Awowowowowauauwu” Sambil tepuk tangan
Semua penumpang panik, aku bisa membaca
pikiran mereka kurang lebih seperti ini “Pengamen dari planet mana ini??”
Tapi kasihan juga, sepertinya dia mengalami
cacat fisik, kata-katanya juga tidak jelas. Aku dan Adit memberi pengamen itu
uang lalu dia pergi. Aku semakin bersyukur kepada Allah karena hal itu tidak
terjadi pada diriku. Alhamdulillah.
Hari Selasapun tiba, itu artinya hasil
ujian sudah keluar.
“Oi Niv, nih hasil ujian udah keluar!”
heboh Adit
Saat dilihat, wah wah wah. Dari kriteria
penilaiannya, ada Lulus, Baik, dan Memuaskan. Aku masuk taraf nilai baik, Alhamdulillah. Aku bersyukur, aku senang,
tapi yang pasti senangnya tidak sampai jingkrak
jingkrak, terus sambil guling guling lalu mengatakan “Yeay gua lulus!!”.
Tidak.
Karena nilai yang baik itu, Aku
ditawarkan ikut konser akbar Purwacaraka pada bulan Januari. Begitu juga dengan
Adit. Alhamdulillah.